Tuesday, May 27, 2008

Understanding or Shaping?

Barusan baca blog nya Elmo (yang skrg uda ganti jadi Elmo), trus jadi kepikiran buat posting tentang penilaian personality.

As we all know, there are a lot of theories about human personality. G ga pernah tau apa bener teori2 itu ato cuma sekedar hoax. Tapi rasa2nya kok ga mungkin hoax, wong ada buku2 yang printed and published because of those theories, Kokology dan Personality Plus contohnya.

G masi inget pas g les inggris di Klaten dulu, ada satu sesi g ma guru les g ngebahas personality g berdasarkan sebuah tes. Rasa2nya tes2 gini menjamur, baik di majalah or di dunia maya, ada yang cuma skedar buat fun, ada juga yang katanya bener2 serius n terbukti kebenarannya.

Nah pas itu, hasil tes nya adalah g ini modest *masa sih? Selama ini g ga gitu peduli dengan hal itu, tapi sekarang, setelah lewat hampir 10 tahun, setelah g mikir2 lagi, g jadi merasa bahwa memang g ini modest, in one or more way. Tapi g juga sombong di satu dan banyak hal. Ironis kan? Jadi mikirnya, sebelum g ngelakuin itu tes, apakah g ini bener modest? Ataukah g berubah menjadi modest karena g suka dengan penilaian karakter oleh tes yang g ambil waktu itu?

Pernah juga baca buku Personality Plus, yang mengelompokkan karakter menjadi 4 : Koleris, Melankolis, Sanguinis dan Phlegmatis. For the first time, I took the test, it defined me as a Choleric - Melancholic person. After couple years, when i re-took this test, it defined me as a Sanguinic - Melancholic person. Weird, eh? I know that people change. Tapi apakah test ini juga mendasari perubahan ini? Apakah g berubah menjadi Sanguin karena g ga suka dengan karakter Melan g?

Balik lagi ke Elmo, yang nulis tentang karakter manusia berdasarkan golongan darah. Pas g baca karakter g ga cocok dengan golongan darah g. Tapi g suka dengan karakter yang seharusnya menjadi karakter g karena g memiliki golongan darah tertentu. Karena percaya bahwa seharusnya karakter g seperti itu, bisa saja g terdorong untuk berubah kan?

Intinya, *daripada g ngoceh2 lebih ga jelas lagi, g curious terhadap efek dari semua teori itu. Membuat kita lebih mengenal karakter diri atau membentuk karakter kita?

6 comments:

Ika Devita Susanti said...

personality plus bagus loh, punyanya Florence Littauer bukan? well, setidaknya baca buku itu bisa membantu kita berhadapan dengan orang lain, karena kita bisa tau karakter mereka masuk yang mana. jadi bisa ada pencegahan sikap2 tertentu:D

Anonymous said...

hmm..yah setidaknya baca buku begituan *bahasana loo..hihi.. membuka wawasan kita.. kalopun kita nganggap "ah ini nggak bener" tapi kalo baik, bagus juga kan dijadikan panutan..hihi..

Pitshu said...

hmmm...

GROOKKK!!!!...

*suara ngorok na pitshu!

suruh baca buku yang isina tulisan semua :D

Anonymous said...

Pembagian tipe berdasarkan empat temperamen itu emang paling populer, hans. Kalo kata orang-orang temperamen major yang kita punya itu emang bisa berubah. Dulu saya dites dapet sanguine-melancholic, yang kedua jadi sanguine-phlegmatic, yang ketiga ini malah sanguine-choleric, nah lho, psikopat dong gw... Tapi karena pada dasarnya tiap manusia punya empat temperamen itu jadi bisa berubah tergantung keadaan tapi biasanya ada satu yang tetap. Punyaku ya yang sanguine itu. Tapi sebenernya ga terlalu perlu mendefine diri sendiri jadi karakter2 itu sih, karena kita kan jadi mengkotak-kotakkan kita sendiri dan teman2, hehehe.. coz human is more complicated than that.

Anonymous said...

@icha : berhadapan dengan orang lain? ato berhadapan dengan diri sendiri? he3....

@elmo : ho3. yep, no doubt. but how if it defines us?

@pitshu : hush hush.. jangan bobo di sini... tung ngiler kan...

@jc : setuju!!! not defining, but secara ga sadar bisa saja buku2 itu, segala ilmu itu bisa men-define kita kan?



Overall, kalo segala teori itu bisa membuat kita makin baik, why not?????

Anonymous said...

idem ma di atas.. mang bisa berubah hans.. menurut temen g yang suka baca ttg psikologi mang karena lingkungan temperamen orang bisa berubah2... tapi g dari dolo tetep sama se..