Monday, September 29, 2008

This Is Not Our Path

Aku ingat semua yang telah terjadi
Aku ingat setiap detik yang telah kita lewati

Aku merindukan sentuhanmu
Aku merindukan gelak tawamu
Aku merindukan sebentuk senyumanmu
Aku merindukan semua darimu

Akankah ini terulang kembali?
Akankah waktu dapat berbalik?
Dan berhenti di saat hanya ada kau dan aku?

Aku hanya bisa memeluk bayangmu
Aku hanya bisa merasakan getaran ini
Tanpa bisa berbuat apa pun juga
Karena aku ingin percaya...

Bukan ini jalan kita

***

Mengapa?
Mengapa kau membiarkanku mencintaimu?
Mengapa kau biarkan hati ini mengarah padamu?

Benarkah bukan ini jalan kita?

***

Aku hanya ingin percaya
Bukan ini jalan kita

15 comments:

Ika Devita Susanti said...

loh...loh...loh...

apakah ini nyata?
ataukah hanya ilusi?
apakah ini sepatah kata putus asa?
ataukah sepenggal kalimat tegas?

tidak....
jangan kau akhiri sekarang...
aku baru memulainya..
ijinkan aku menyulam kisah ini..
berikan aku kesempatan lagi...

huaaaaaaaaaaa.........

Anonymous said...

aku pun ingin merangkai cerita
namun bukankah hanya luka tersisa?

tak mudah bagiku
tak 'kan pernah mudah, sungguh

aku hanya ingin percaya
bukan ini jalan kita

@devita : keren loh dilanjutin... thx...

Anonymous said...

Ini kayana lagu yang cocok menggambarkan suasana hati lu,hohoho..:

Tertutup sudah pintu pintu hatiku
Yang pernah dibuka waktu hanya untukmu
Kini kau pergi dari hidupku
Ku harus relakanmu walau aku tak mau

Reff:*
Berjuta warna pelangi didalam hati
Sejenak luluh terhening menjauh pergi
Tak ada lagi cahaya suci
Semua nada beranjak aku terdiam sepi

**
Dengarlah matahariku suara tangisanku
Ku bersedih karena panah cinta menusuk jantungku
Ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukkan waktu

Back to Reff:*

dengarlah matahariku suara tangisanku
ku bersedih karena panah cinta menusuk jantungku

Anonymous said...

@handy : close, but not entirely true...

Dia ga pegi kmana2 kok.

tintabiru said...

mengapa?
tapi mengapa?
kau sebut kisah ini
bukan jalan kita

karena seharusnya
kita yang membuat jalan
menebang alang melintang
melintas yang terbentang

Anonymous said...

@tintabiru : bagus... keren... ni jawabannya:

tanyalah pada dedaunan
pantaskah kita memangkas mereka?

tanyalah pada sungai
pantaskah kita menancapkan pasak pada tubuh mereka?

tanyalah pada serigala
pantaskah kita merobohkan liang mereka?

aku hanya ingin percaya
bukan ini jalan kita

tintabiru said...

Well.. pantas atau tidak, itu pilihan atas jalan yang akan ditempuh..

Anonymous said...

@tintabiru : yep... andai aku bisa percaya...

Judith said...

Lha? iki kok kommen e puisi kabweeehh :( hhwwooaaa ...

Anonymous said...

duh.. dirimu ni kenapa si?hihihi.. bener-bener meloo banget.. :(

Anonymous said...

@auntie jude : iyah, bales donk!!!!

@elmo : ga melo kok... mank kalo bikin poem selalu identik dengan melo ya?

Anonymous said...

ho oh.. terkesan selalu kesepian.. ah Hans emang pria kesepian... wkwkwkwkwk.. *kabor*

Anonymous said...

@elmo : wah elmo ga menjiwai ni.... ini bukan kesepian kok.
*kejar elmo, bawa linggis

Anonymous said...

lagi salah jalan yah Hans, bok yah kalo salah jalan tuh nanya orang, ato beli peta dulu gih, wong uda jaman GPS gini lho... Tapi tenang Hans, daku sudah kembali, oh?!? apakah puisi ini untuk daku?

Anonymous said...

@beib : YOU wished!!! ga salah jalan kok... apa sih.... huhuhhu...