Langit biru di atas sana menjadi payung kita, berjalan menyusuri setapak yang entah kapan akan habis ditelan horison pagi. Tanganmu terpatri erat dalam genggamanku. Aku tak ingat jelas suasana alam kala itu.
Samar teringat dalam benakku bongkahan batu berlumut, hitam kehijauan termakan usia. Kaki kaki kita menyusurinya, mencari celah kasar menghindarkan diri dari sentuhan lumut basah dan licin. Kelemahanmu, berjalan sempoyongan, seakan keseimbangan bukan bagian dari dirimu. Jantungku berdegup keras saat kau terpeleset, hampir menyentuh lapisan hitam di bawahmu.
Dalam hati kuberteriak 'bagaimana ini?', secepat kedua tanganku mencoba menarikmu, memegangmu erat. Saat kau berdiri kembali di atas kedua kakimu, perasaan lega menderaku, mengusir segala kekuatiran yang sempat hinggap dalamku.
*is told by a friend, inspired by morning dream, with some add-ups*
*photo's taken from here*
1 month ago
6 comments:
menegangkan banget yang ini...
fotonya bagus ya
@devita : loh, jangan tegang, dinikmati ya...
@jer : credit for Curly then...
nice one.. ini cerita masa kecil ya? pas di mana? kok kaya desa banget settingnya
@sphyrna : ini mimpi seorang teman yang diceritakan ke g. G mencoba men-transfer-nya menjadi sebuah tulisan pendek.
Gambarnya sesuai ama mimpi yang diceritakan, ck ck.. untung pemandangannya alamiah, bukan robot dan kategorinya :)
Post a Comment