Monday, June 1, 2009

Healing Madness

Aku duduk diam, bergeming, sambil mengigit bibir. Sesekali kusambar setumpuk kertas di meja di depanku, kugunakan mengusir hawa panas yang siang itu begitu menyengat. Tatapan mataku tetap tertuju pada sebaris tulisan di layar komputerku. Aku marah. Kesal.

Telepon berdering, kuambil nafas dan kuhembus perlahan. Kuangkat. Hampir 1 menit suara di sana mengoceh tiada henti. Aku membalas 5 patah kata. Suara di sana menyahut kembali dengan nada tak bersahabat. Telingaku memerah karenanya. Hati ini panas, ingin berteriak.

Kujalankan pemutar lagu di komputerku setelahnya. Suara Bunga Citra Lestari mengalun mengiringi gerahnya suasana.

Kuingin marah, melampiaskan
Tapi ku hanyalah sendiri di sini


Hanya itu lirik yang terdengar, selebihnya aku tak peduli lagi. Kulangkahkan kaki, keluar dari bangunan beton. Panas mentari begitu menyengat. Biarlah, pikirku. Lebih baik mengecap teriknya siang, daripada harus menahan marah yang telah menggebu.

Tiba-tiba aku mengingatmu. Dan saat kudengar suaramu di ujung sana, kepalaku mendingin. Hanya kesejukan yang kurasakan. Melepas kerinduan yang mungkin telah mengerogoti kesabaranku.

1 comment:

Anonymous said...

mencium bau2 omelan client o_O